Baru-baru ini, sebuah insiden mengejutkan terjadi di salah satu negara tetangga Indonesia. Maskapai penerbangan terbesar dan paling ternama di negara tersebut menjadi korban serangan yang mengancam stabilitas keamanan dan industri penerbangan. Kejadian ini tidak hanya berdampak pada operasional maskapai, tetapi juga memicu kekhawatiran akan keamanan regional.
“Kami terus menyelidiki proporsi data yang telah dicuri, meskipun kami perkirakan jumlahnya akan signifikan,” kata Qantas, melaporkan tidak ada dampak pada operasi atau keselamatan, dikutip dari Reuters, Rabu (2/7/2025).
Direktur firma keamanan siber Australia, Arctic Wolf, mengatakan peretasan ini mengkhawatirkan. Sebab, skalanya besar dan terkoordinasi.
‘Scattered Spider’ diketahui kerap menyamar sebagai staf teknologi suatu perusahaan untuk mendapatkan kata sandi karyawan.
“Masuk akal mereka menjalankan taktik serupa [pada peretasan di Qantas],” kata Thomas.
Motif di Balik Serangan
Belum ada pihak yang secara resmi mengklaim bertanggung jawab, tetapi beberapa spekulasi muncul:
- Serangan Siber oleh Kelompok Hacker – Diduga terkait dengan konflik politik atau ekonomi.
- Sabotase oleh Pesaing Bisnis – Persaingan ketat di industri penerbangan bisa memicu aksi tidak sehat.
- Aksi Terorisme atau Politik – Tidak menutup kemungkinan terkait dengan ketegangan geopolitik regional.
Bagaimana dengan Indonesia?
Sebagai negara tetangga, Indonesia perlu waspada terhadap potensi serangan serupa terhadap maskapai lokal seperti Garuda Indonesia atau Lion Air. Peningkatan keamanan siber dan fisik di bandara harus menjadi prioritas.
Respons Pemerintah dan Maskapai
- Pemerintah negara terkait telah membentuk tim khusus untuk investigasi.
- Maskapai yang menjadi korban berusaha memulihkan sistem secepat mungkin.
- Organisasi penerbangan internasional (ICAO/IATA) memberikan dukungan teknis.