Konflik antara Thailand dan Kamboja telah berlangsung selama bertahun-tahun dan menjadi perhatian internasional. Meski kedua negara berbagi sejarah dan budaya yang kaya, ketegangan dan perang tak terhindarkan sering muncul, dipicu oleh berbagai faktor kompleks. (25/7/2025)
Ketegangan memuncak pada Mei lalu setelah seorang tentara Kamboja tewas dalam baku tembak singkat dengan pasukan Thailand di wilayah sengketa yang dikenal sebagai Segitiga Zamrud, lokasi pertemuan perbatasan antara Thailand, Kamboja, dan Laos.
Kedua pihak saling menuduh dan mengklaim bertindak untuk membela diri.
Meski pimpinan militer kedua negara sempat menyatakan niat untuk meredakan situasi, langkah-langkah provokatif terus diambil.
Thailand memperketat pengawasan di pos perbatasan, membatasi lalu lintas warga, hingga mengancam memutus aliran listrik dan internet ke kota-kota perbatasan Kamboja.
Sebagai balasan, Kamboja menghentikan impor buah dan sayuran dari Thailand serta melarang penayangan film dan drama Thailand. (25/7).
Ledakan ranjau yang terjadi baru-baru ini semakin memperburuk situasi. Ledakan pertama terjadi pada Rabu (16/7) dan menyebabkan seorang tentara Thailand kehilangan kaki.
Thailand dan Kamboja memiliki sejarah hubungan yang kompleks, diwarnai kerja sama sekaligus persaingan.
Keduanya berbagi garis perbatasan sepanjang 817 kilometer, yang sebagian besar dipetakan oleh kolonial Prancis saat menjajah Kamboja.
Salah satunya adalah kompleks Candi Preah Vihear, situs warisan dunia UNESCO yang menjadi pusat bentrokan mematikan pada 2011.
Saat itu, puluhan orang tewas dan ribuan warga di kedua sisi perbatasan terpaksa mengungsi.
Thailand berpendapat sejumlah wilayah belum pernah disepakati secara resmi, sementara Kamboja mengandalkan keputusan ICJ sebagai dasar klaimnya.